Monday, December 19, 2011

Perkembangan Konsep Bisnis Koperasi

REVIEW JURNAL

Perkembangan Konsep Bisnis Koperasi

1. pendahuuan

perkembangannekonomi dunia saat ini merupakan saling pengaruh dua arus utama, yaitu teknologi informasi dan globalisasi. Teknologi informasi secara langsung maupun tidak langsung kemudian mempercepat globalisasi. Berkat teknologi informasi, perjalanan ekonomi dunia makin membentuk “dirinya” yang baru, menjadi kapitalisme baru berbasis globalisasi (captra 2003; stiglitz 2005; shutt 2005). Pendekatan yang dilakukan mulai dari akademis ( penelitian, pelatihan, seminar-seminar, sosialis pembasi teknologi), pemberdayaan (akses pembiayaan, peluang usaha, kemitraan, pemasaran), regulatif ( legislasi dan perundang-undangan), kebijakan publik (pembentukan kementrian khusus di pemerintahan pusat sampai dinas di kota/kabupaten, pembentukan lembaga-lembaga profesi), sosiologis ( pendampingan formal dan informal), behavior ( perubahan perilaku usaha, profesionalisme), bahkan sampai pada pendekatan sinergis-konstruktif (program nasionl jaring pengaman nasional, pengentasan kemiskinan, pembentukan lembaga penjamina, pembentukan dekopin dari daerah sampai nasional).

1.1 Permasalahan

pertama, seperti diungkapkan soetrisno (2002) bahwa ciri utama perkembangan koperasi di indonesia adalah dengan tigapola penitipan kepada progam, yaitu pembangunan sektoral, lembaga-lembaga pemerintah dalam koperasi pegawai negeri dan koperasi fungsional lainnya. Dan perusahaan negara maupun swasta berbentuk koperasi karyawan. Tiga pola tersebut menurut muncul berakibat prakarsa masyarakat kurang berkembang, kalaupun muncul tidak diberi temapat sebagai mana mestinya.

Kedua, ketika program tersebut gagal, maka koperasi harus memikul beban kegagalan program. Sementara koperasi yang berswadaya praktis tersisihkan dari perhatian berbagai kalangan termasuk peneliti, dan media massa.

Ketiga, data perkoperasian indonesia sampai tahun 2006 dijelaskan Jauhari didominasi oleh koperasi fungsional, seperti koperasi karyawan, koperasi pegawai dan lainnya yang di bentuk dalam lingkungan institusi tertentu baik pemerintah maupun swasta. Koperasi seperti itu jelas membatasi keanggotaan dan memiliki sifat stesel pasif. Biasanya koperasi fungsional merupakan bentuk ekonomi intermediasi untuk memenuhi kebutuhan anggota seperti swalayan, klink, praktik dokter bersama, dll.koperasi seperti ini memiliki sifat subordians.

1.2 Tujuan penelitian

tujuan penelitian ini adalah menggali konsep-konsep genuineberekomoni dari realitas masyarakat indonesia, menempatkan konsep geneuineberekonomi sebagai landasan utama pengembangan bisnis koperasi ala indonesia, menunjukan bukti empiris bahwa ternyata masyarakat indonesia memang memiliki keunikan tersendiri dalam memahami koperasi, memberikan masukan konstuktif bagi pengambial kebajiakn perkoperasian dalam pengembangkan koperasi ke depan

2. KOPERASI INDONESIA : OPERASIONAL EKONOMI RAKYAT

Ekonomi rakyat yang sejatinya dicoba untuk menjadi pola bebas dari subtansi intermediasi dan dikotomi privat sphare dan publik sphere, seperti koperasi, malah menjadi representasi kooptasi globalisasi dan neolibalisme dan secara tidak sadar mematikan dirinya sendiri secara perlahan-lahan. Istilah ekonomi kerakyatan atau demokarsi ekonomi, misalikan dijelaskan mubyanto (2002) bukanlah kooptasi dan perkeadilan usahamayoritas rakyat indonesia tetapi merupakan kegiatan produksi dan konsumsi yang di lakukan oleh semua warga masyarakat, sedangkan pengelolanya dibawah pimpinan dan pengawasan anggota masyarakat.

3. CORE COMPETENCIES : JANTUNG ORGANISASI BISNIS

Hamel dan prahalad (1994) menjelaskan bahwa suatu organisasi perlu memerhatikan keberhasilan di amsa depan sebagai persiapan untuk mengembangkan dan kerja sama kompetensi untuk meraih keunggulan produk produk dan jasa yang baru. Dengan begitu strategi daya saing pasar masa depan mengharuskan para manajer puncak suatu organisasi untuk menyesuaikan kompetensi inti organisasi dan strategi serta kerja sama pengelolaan sumber daya untuk keberhasilannya. Kompetensi inti atau core competencies, pertama dalam jangka pendek memang memiki sesuatu keunggulan yang dimiliki perusahaan disertai kemampuan produk, kedua, dalam jangka panjang dikembangkan untuk konsolidasi dengan kesamaan visi-misi organisasi yang kuat. Ketiga, memerlukan kemampuan dan ketangguhan dari para penggiat organisasinya.

4. METODOLOGI PENELITIAN BEYOND STRUKTURALIM

Pengembangan bisnis koperasi dalam penelitian ini menggunakan metodologi Beyond Strukturalim, diadaptasi dari metodologi hyperstrukturalisme yang dikembangkan Mulawarman (2006). Beyond strukturalism memeliki dua tahapan, pertama , mengembangkan metodologi, dan kedua penerapannya berbentuk metode penelitian. Suriasumantri ( 1985 , 328). Menjelaskan bahwa metodologi penelitian adalah pengetahuan tentang metode yang dipergunakan dalam penelitian. Berdasarkan hal tersebut pengembangan metodologi dalam penelitian ini merupakan proses pendefisian dan penjelasan serta pembuatan kerangka umum dari metode yang akan digunakan.

5. PEMBAHASAN : INTERAKSI REALITAS SINKRONIS-DIAKRONIS

Penelusuran subtansi konsep diri koperasi dilakukan secara diakrosis, sinkrosis, dan melakukan sinergi dengan keduanya. Penulusuran diakrosis yaitu melakukan pendalaman aspek antroplogis pikiran ekonomi koperasi dan penerjemahnya dilangan masa pra kemerdekaan sampai kemerdekaan. Penulusuran sinkrosis yaitu melakukan pendalaman aspek antorpologis beberapa aktivitas bisnis berkoperasi masyarakat indonesia. Sinergi diakronis dan sinkronis dilakukan untuk menemukan titik temu sekaligus subtansi konep koperasi.

6. KESIMPULAN

Konsep kemandirian, kompetensi inti kekeluargaan dan sinergi produktif-intermediasi-retail merupakan subtansi pengembangan koperasi sesuai realitas masyarakat indonesia yang unik. Meskupin perkembangannya saati ini banyak terduksi intervens kebijakan dan subordinasi usaha besar. Diperlukan kebijakan, supporting movement dan strategi positioning berkenaan menumbuhkan kembalik konsep kemandirian, kekeluargaan dan sinergi produktif-intermediasi-retail yang komperensif. Paling penting adalah penyeimbangkan kepentingan ekonomi koperasi berbasis pada sinergi produktif-intermediasi-retail sesuai ekonomi natural model hatta. Sinergi produktif-intermediasi-retail harus dijalankan dalam koridor kompetensi inti kekeluargaan. Artinya pengembangan keunggulan perusahaan berkenaan inovasi teknologi dan produk harus dilandasi pada prinsip kekeluargaan. Individualitas angggota koperasi diperlukan tetapi solidaritas organisasi hanya bisa dijalankan ketika interaksi kekeluargaan di depankan

Daftar pustaka

Arif, Sritua. 1995. dialektika Hubungan Eonomi Indonesia dan Pemberdayaan Ekonomi Rakyat. KELOLA. NO. 10/IV. Hal 29-42

Bourdieu, pieree. 1977. Outline of a Theory of Pratice. Cambrige University Press.

Bourdieu, pieree. 1989. Distiction: A Social Critique of the Judgement of Taste. Cambridge MA: Harvard University Press.

Bourdieu, pieree, Loic JD. Wacquant. 1992. an Invitation to Reflective Sosiology. The University of Chicago Press.

Capra,Friotjof. 2003. The Hiden Connections: A Sience for sustainable Living. Flamingo. Dekopin. 2006. Program aksi Dekopin. Jakarta.

Hamel, G and Prahaland, C. K. 1989, Strategic Intent. Harvard Business Reweiw, Vol. 67, No.3

Sumber : http://ajidedim.wordpress.com/2008/02/22/mengembangkan-kompetensi-bisnis-koperasi-kesimpulan-dan-rekomendasi-bagian-kelima/

Nama kelompok :

· Arie Septain

· Fajar Rizky

· Ferry Maihami

· Herman Fuady s

No comments:

Post a Comment