Friday, March 18, 2011

Kemiskinan dan Kesenjangan Pendapatan

KEMISKINAN DAN KESENJANGAN PENDAPATAN

I. Pendahuluan

Kemiskinan merupakan suatu fenomena yang bukan hanya terjadi di Indonesia, melainkan suatu fenomena yang bersifat global. Kemiskinan adalah factor besar dimana sebagian anak tidak mendapatkan kehidupan yang layak, pendidikan yang cukup serta kesehatan yang bagus.

Persoalan kemiskinan ini lebih dipicu karena masih banyaknya masyarakat yang mengalami pengangguran dalam bekerja. Pengangguran yang dialami masyarakat inilah yang membuat sulitnya memenuhi kebutuhan hidupnya , sehingga angka kemiskinan selalu ada.

II. Pembahasan

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:

* Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.

* Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.

* Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.

Penyebab kemiskinan

Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:

* penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;

* penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga;

* penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;

* penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;

* penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.

Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai akibat dari kemalasan, namun di Amerika Serikat (negara terkaya per kapita di dunia) misalnya memiliki jutaan masyarakat yang diistilahkan sebagai pekerja miskin; yaitu, orang yang tidak sejahtera atau rencana bantuan publik, namun masih gagal melewati atas garis kemiskinan.

Kemiskinan bisa dikelompokan dalam dua kategori , yaitu Kemiskinan absolut dan Kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut mengacu pada satu set standard yang konsisten , tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat / negara. Sebuah contoh dari pengukuran absolut adalah persentase dari populasi yang makan dibawah jumlah yg cukup menopang kebutuhan tubuh manusia (kira kira 2000-2500 kalori per hari untuk laki laki dewasa).

Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai hidup dg pendapatan dibawah USD $1/hari dan Kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah $2 per hari, dg batasan ini maka diperkiraan pada 2001 1,1 miliar orang didunia mengkonsumsi kurang dari $1/hari dan 2,7 miliar orang didunia mengkonsumsi kurang dari $2/hari."[1] Proporsi penduduk negara berkembang yang hidup dalam Kemiskinan ekstrem telah turun dari 28% pada 1990 menjadi 21% pada 2001.[1] Melihat pada periode 1981-2001, persentase dari penduduk dunia yang hidup dibawah garis kemiskinan $1 dolar/hari telah berkurang separuh. Tetapi , nilai dari $1 juga mengalami penurunan dalam kurun waktu tersebut.

Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia bekembang, ada bukti tentang kehadiran kemiskinan di setiap region. Di negara-negara maju, kondisi ini menghadirkan kaum tuna wisma yang berkelana ke sana kemari dan daerah pinggiran kota dan ghetto yang miskin. Kemiskinan dapat dilihat sebagai kondisi kolektif masyarakat miskin, atau kelompok orang-orang miskin, dan dalam pengertian ini keseluruhan negara kadang-kadang dianggap miskin. Untuk menghindari stigma ini, negara-negara ini biasanya disebut sebagai negara berkembang.

Kemiskinan di Indonesia

Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2010 sebesar 31,02 juta orang (13,33 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2009 yang berjumlah 32,53 juta (14,15 persen), berarti jumlah penduduk miskin berkurang 1,51 juta jiwa.

Jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun lebih besar daripada daerah perdesaan. Selama periode Maret 2009-Maret 2010, penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang 0,81 juta orang, sementara di daerah perdesaan berkurang 0,69 juta orang (Tabel 2).

Persentase penduduk miskin antara daerah perkotaan dan perdesaan tidak banyak berubah dari Maret 2009 ke Maret 2010. Pada Maret 2009, sebagian besar (63,38 persen) penduduk miskin berada di daerah perdesaan begitu juga pada Maret 2010, yaitu sebesar 64,23 persen.

Penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin selama periode Maret 2009-Maret 2010 nampaknya berkaitan dengan faktor-faktor berikut:

a. Selama periode Maret 2009-Maret 2010 inflasi umum relatif rendah, yaitu sebesar 3,43 persen.

Menurut kelompok pengeluaran kenaikan harga selama periode tersebut terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 4,11 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 8,04 persen; kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 3,85 persen; kelompok kesehatan sebesar 3,18 persen; kelompok sandang sebesar 0,78 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 2,08 persen, serta kelompok transpor dan komunikasi dan jasa keuangan sebesar 1,38 persen.

b. Rata-rata upah harian buruh tani dan buruh bangunan masing-masing naik sebesar 3,27 persen dan

3,86 persen selama periode Maret 2009-Maret 2010.

c. Produksi padi tahun 2010 (hasil Angka Ramalan/ARAM II) mencapai 65,15 juta ton GKG, naik sekitar 1,17 persen dari produksi padi tahun 2009 yang sebesar 64,40 juta ton GKG.

d. Sebagian besar penduduk miskin (64,65 persen pada tahun 2009) bekerja di Sektor Pertanian. NTP (Nilai Tukar Petani) naik 2,45 persen dari 98,78 pada Maret 2009 menjadi 101,20 pada Maret 2010.

e. Perekonomian Indonesia Triwulan I 2010 tumbuh sebesar 5,7 persen terhadap Triwulan I 2009, sedangkan pengeluaran konsumsi rumah tangga meningkat sebesar 3,9 persen pada periode yang sama.

Tabel 1

Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin

Menurut Daerah, Maret 2009-Maret 2010



Makanan

Bukan Makanan

Total

miskin (juta)

miskin

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Perkotaan

Maret 2009

155 909

66 214

222 123

11,91

10,72

Maret 2010

163 077

69 912

232 989

11,10

9,87

Perdesaan

Maret 2009

139 331

40 503

179 835

20,62

17,35

Maret 2010

148 939

43 415

192 354

19,93

16,56

Kota+Desa

Maret 2009

147 339

52 923

200 262

32,53

14,15

Maret 2010

155 615

56 111

211 726

31,02

13,33

Daerah/Tahun


Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)


Jumlah penduduk


Persentase penduduk


Sumber: Diolah dari data Susenas Panel Maret 2009 dan Maret 2010.

Dilihat dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2010, perkembangan tingkat kemiskinan ditunjukkan oleh tabel berikut:

Tabel 2

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia

Menurut Daerah, 2004-2010

Tahun



Kota

Desa

Kota+Desa


Kota

Desa

Kota+Desa

(1)

(2)

(3)

(4)


(5)

(6)

(7)

2004

11,40

24,80

36,10


12,13

20,11

16,66

2005

12,40

22,70

35,10


11,68

19,98

15,97

2006

14,49

24,81

39,30


13,47

21,81

17,75

2007

13,56

23,61

37,17


12,52

20,37

16,58

2008

12,77

22,19

34,96


11,65

18,93

15,42

2009

11,91

20,62

32,53


10,72

17,35

14,15

2010

11,10

19,93

31,02


9,87

16,56

13,33

Jumlah Penduduk Miskin (Juta) Persentase Penduduk Miskin

Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Definisi Kesenjangan

Kesenjangan mengacu pada standar hidup relatif dari seluruh masyarakat. Sebab kesenjangan antar wilayah yaitu adanya perbedaan faktor anugerah awal (Endowment Factor). Perbedaan inilah yang menyebabkan tingkat pembangunan di berbagai wilayah dan daerah berbeda-beda, sehingga menimbulkan gap atau jurang kesejahteraan di berbagai wilayah tersebut (Sukirno, Sadono, 1976).

Menurut Mydral (1957), perbedaan tingkat kemajuan ekonomi antar daerah yang berlebihan akan mengakibatkan pengaruh yang merugikan (backwash effects) mendominasi pengaruh yang menguntungkan (spread effects) yang dalam hal ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan. Pelaku-pelaku yang mempunyai kekuatan di pasar secara normal akan cenderung meningkat bukannya menurun, sehingga mengakibakan kesenjangan antar daerah (Arsyad,Lincolin, 1999:129).

Adelman dan Moris berpendapat bahwa kesenjangan pendapatan di daerah ditentukan oleh jenis pembangunan ekonomi yang ditunjukkan oleh ukuran negara, sumber daya alam, dan kebijakan yang dianut. Dengan kata lain, faktor kebijakan dan dimensi structural perlu diperhatikan selain laju pertumbuhan ekonomi (Kuncoro, Mudrajad,1997:111).

Trend Dalam Kesenjangan Kemiskinan

Kesenjangan Kota dan Desa

Berbagai studi empiris menunjukkan modernisasi pertanian telah memperlebar kesenjangan distribusi pendapatan. Studi Gibbons, et.al. (1980) menyimpulkan bahwa Revolusi hijau telah memperparah kepincangan distribusi pendapatan masyarakat karena meskipun petani kecil secara umum membaik kondisinya sebagai hasil modernisasi pertanian, namun posisi mereka secara relatif lebih buruk dibanding petani kaya yang jauh meningkat penghasilannya.

Kesenjangan Regional

Isu kesenjangan ekonomi antardaerah telah lama menjadi bahan kajian para pakar ekonomi regional. Hendra Esmara (1975) merupakan penelitian pertama yang mengukur kesenjangan ekonomi antardaerah. Berdasar data dari tahun 1950 hingga 1960, ia menyimpulkan Indonesia merupakan negara dengan kategori kesenjangan daerah yang rendah apabila sektor non migas diabaikan.

Ardani (1996, 1992) telah menganalisis kesenjangan pendapatan dan konsumsi antar daerah dengan menggunakan indeks Williamson selama 1968-

1993 dan 1983-1993. Kesimpulannya mendukung hipotesis Williamson (1965)

bahwa pada tahap awal pembangunan ekonomi terdapat kesenjangan kemakmuran antardaerah, namun semakin maju pembangunan ekonomi kesenjangan tersebut semakin menyempit. Studi Ardani agaknya sejalan dengan hasil studi Akita dan Lukman (1994), yang menemukan tidak terdapatnya perubahan kesenjangan ekonoi antardaerah selama 1983-1990.

Dalam konstelasi perkembangan terakhir di Indonesia, kesenjangan ekonomi setidaknya dapat dilihat dari 3 dimensi, yaitu : berdasarkan tingkat kemodernan, regional, dan etnis. Pertama, kesenjanggan dari tingkat kemoderanan, yaitu kesenjangan antara sektor modern dan sektor tradisional. Sektor moderen umumnya berada di perkotaan dan sektor industri, sedangkan sektor tradisional umumnya berada di pedesaan dan sektor tradisional. Kedua, kesenjangan regional adalah antara Katimin (Kawasan Timur Indonesia) dan Kabirin (Kawasan Barat Indonesia). Ketiga, kesenjangan menurut etnis, yaitu antara pribumi dengan non pribumi.

Apabila ketiga dimensi ini digabungkan maka akan diperoleh potret kesenjangan kemakmuran di Indonesia, yaitu : semakin ke Kabirin maka semakin banyak dijumpai sektor modern dan sektor industri, dan semakin banyak golongan non pribumi yang menguasai perekonomian. Sebaliknya semakin ke Katimin, semakin banyak dijumpai sektor pertanian dan tradisional, dan semakin banyak pribumi yang mendominasi usaha bisnis.

Kesenjangan Interpersonal

Hughes dan Islam (1981, 52-53) menunjukkan bahwa ada peningkatan yang lebih besar dalam kesenjangan di Jawa dibanding daerah manapun antara

tahun 1970 sampai 1976. Peningkatan kesenjangan ini terutama akibat adanya perubahan distribusi pendapatan pada golongan berpenghasilan tinggi, yang dapat ditafsirkan bahwa yang kaya semakin kaya. Di daerah perdesaan Jawa ternyata terjadi penurunan kesenjangan, yang mengindikasikan adanya perubahan dalam golongan pendapatan yang paling rendah. Di luar Jawa kesenjangan lebih rendah dibandingkan di Jawa, dan penurunan kesenjangan di desa relatif lebih besar.

Cara Mengatasi Kemiskinan dan Kesenjangan Sosial

Pertama dengan menyukseskan pembangunan ekonomi. Sehingga dengan seiringnya pertumbuhan ekonomi tercipta pula lapangan pekerjaan. Apabila setiap orang memiliki pekerjaan mereka dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dari pendapatan yang mereka terima. Dan apabila pertumbuhan ekonomi berjalan lancar maka pertumbuhan dalam usaha juga akan naik sehingga usaha mendapat banyak profit yang akan meningkatkan pajak yang harus mereka bayar sehingga pendapatan Negara juga bertambah melalui sector pajak. Apabila pertumbuhan ekonomi tumbuh secara baik, adil. dan berkelanjutan maka dapat dipastikan angka kemiskinan dapat ditekan. Terlebih bila situasi politik, dan keamanan yang kondusif.

Kedua, adanya bantuan dari pemerintah berpa BLT, Raskin, Jamkesmas dll.

Ketiga, adanya kesadaran dari masyarakat yang mempunyai kemampuan lebih untuk menyumbang atau membantu masyarakat miskin. Bantuan dapat disalurkan melalui Panti Sosial, termasuk zakat, infaq, shadaqah, dan kegiatan amal lainnya.

III. Kesimpulan

Kemiskinan dan Kesenjangan Pendapatan merupakan dua hal yang saling berkaitan, sehingga untuk menyelesaikan permasalahannya secara bertahap yaitu dengan menyukseskan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah kunci dari penyelesaian permasalahan diatas, sehingga dalam rangka mewujudkan pertumbuhan diatas kita sebagai warna Negara Indonesia wajib mendukung dan terlibat dalam kegiatan tersebut.

Pemerintah sebagai pelaku dan penentu kebijakan juga harus memihak kepada rakyat sehingga bukan rakyat yang akan dikorbankan apabila kebijakan yang telah ditentukan tidak berjalan lancar.

Sumber:

www.wikipedia.org

http://tnp2k.wapresri.go.id/data.html

http://nasional.kompas.com/read/2011/03/17/22010284/Tiga.Resep.Kurangi.Kemiskinan.Ala.SBY

No comments:

Post a Comment